Love, Life and Remedies

Sometimes, the most desirable relationship is the one you can't have...

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
October 31, 2010

Pasti Kamu Akan Menganggapku Bercanda

Posted by BoewatChat

Pastinya ini bukan punya saya, tapi dari seorang teman di milis-pengarang deng nick: gredikaenha. I put it here because the story is soooo typical about us..

“Dan waktu-pun tidak sanggup melupakan asa itu...”

Hampir sepuluh tahun setelah kelulusan kami tidak pernah bertemu. Dan sekarang, secara kebetulan kami bisa bertemu lagi. secara tidak sengaja, di lampu merah.. Dia dengan seorang wanita yang duduk di samping kiri - barangkali istrinya, dan dua anak kecil yang bermain riang di jok belakang. Sedangkan saya dalam perjalanan pulang dari tempat kerja.

Kami lama berpandangan, saling mengingat dan akhirnya berteriak... Sama-sama kaget, beberapa meter dari lampu merah, kamipun saling menepi, bersalaman dan berpelukan… Saling bertanya kabar… Ternyata benar, yang di dalam itu istri dan dua orang anaknya. Malam ini kami bersepakat membuat janji untuk makan bersama sekedar melepas kangen
dan bertukar cerita.

Selepas senja aku sudah berada di lobi hotelnya. Tidak sampai lima menit kemudian dia muncul -bertiga dengan istri dan dua orang anaknya. Dan kami berangkat menyusuri sudut kota. Mula - mula kami meluncur ke arah dimana kami dulu bersekolah. Sepanjang jalan, kami saling bertukar cerita. puas berkeliling kota, kami menuju warung lesehan.

Sepuluh tahun ternyata menyisakan banyak cerita. Tidak jarang si istri ikut tertawa karena gurauan kami. Apalagi ketika tiba dibagian cerita dimana kami dulu pernah berteriak LAPAARRR!!!.... di depan pintu kos dengan kencangnya sampai terdengar tetangga sehingga dikirimi sepiring nasi lengkap dengan lauknya. Yah, meski malu kami dengan lahap memakannya. Sebuah masa yang indah…

Obrolan pun terus berlanjut hingga malam akan larut. Juga sebagai pertanda saat berpisah sudah tiba. Padahal kami merasa masih banyak yang belum diobrolkan. Aku kembali mengantar dia ke hotel.

“Kapan kamu nyusul menikah? Kok tadi pacarmu nggak di ajak sih?”, tanya dia di akhir perjumpaan.
Aku tertawa menanggapinya, "nanti pasti aku kabari", jawabku.
Dan kami bersalaman lalu berpisah. Sambil tangannya kujabat erat, "Hati-hati di jalan besok", kataku.

* * * * *

“Kapan kamu nyusul menikah? Kata-kata itu terus terngiang dikepalaku.

Entah, barangkali rasanya tidak akan pernah. Ya, aku masih mencintaimu. Sedari dulu ketika kita masih bersama-sama sekolah, sama-sama satu pondokan, hingga saat ini, meski kamu sudah berkeluarga.

Sebenarnya tadi ingin kujawab, “saat ini, denganmu!”. Tapi pasti kamu hanya akan tertawa mendengarnya dan menganggapnya canda.

October 2, 2010

Jangan Aneh – Aneh

Posted by BoewatChat

“Lagi asyik ndengerin Sudjiwo Tedjo, The Sound of Orang Asyik… Kedalaman lirik-nya tersembunyi di balik riang musiknya”

Wong bejo nora koyo awak dhewe
Digadhang-gadhang karo wong tuwo
Dinomo domo ing sabendinane
Saben dino tansah pitungkasan
Lan kinamulan estining tyas
Tan kendhat anggone ngukir jiwo
Sih lumintuning donga wong tuwo
Rino wengi tansah anyenyuwun
Madhep manteb tan kendho

Wong bejo nora koyo awak dhewe
Disengkuyung sanggyo prokonco
Bareng makaryo tur sak ekoproyo
Bares ing samubarang petungan
Sasolahe tan mesti bathine
Kang baku nora ngorbanke liyan
Siningkiran ing reh dengki srei
Ndondomi dhodhoting abebrayan
Golong jiwo nyawiji

Wong bejo nora koyo awak dhewe
Pikantuk dalane jejodhoan
Dalan kang nora mulus lir dalan tol
Nanging ugo dudu dalan kang rungkut
Dudu dalan kang nistho ngarane
Dalane margo kang dilakoni
Romo ibu yo hamung tutwuri
Mimi mintuno kang disesuwun
Madhep manteb tan kendho

He is right.. Hidup kita ini sebetulnya penuh keberuntungan. Dilahirkan ke dunia dengan selamat, dibesarkan kedua orang tua dengan sepenuh doa – penuh kasih sayang, beruntung bisa bekerja – bekerjasama dan tentunya bisa bermanfaat bagi orang lain, sampai akhirnya beruntung bertemu dengan jodoh, teman hidup yang diharapkan akan terus mendampingi tak terpisahkan lagi..

Berkaitan dengan jodoh, specifically mbah Tedjo bilang “dudu dalan kang nistho ngarane”, alias bukan jalan yang nista yang diambil. Artinya beliau menekankan untuk memperoleh jodoh yang baik itu bukan dari jalan yang aneh – aneh, tapi jalan yang “umum” aja lahh.. Yang diterima orang banyak.. Yang lurus.. Jadi pikiran pun tenang nggak harus berhadapan dengan arus kebanyakan.

Gay? Jalan yang diambil memang berat. Dimulai dari lingkup paling kecil, ayah ibu, yang pastinya tidak mungkin cuma “tutwuri’ tapi akan “nggurui”. Sampai ke stigma masyarakat. Pilihannya tidak lagi sederhana, seberuntung “orang biasa” yang dilahirkan – besar – sekolah – bekerja – menikah – punya anak – mati.. Tapi mungkin: dilahirkan – besar – sekolah – mencari jati diri – bekerja – pacaran – putus – sakit hati – pacaran – putus – sakit hati – pacaran – putus – sakit hati – …. dan  setelah itu jalan mungkin akan bercabang, sebagian akhirnya memilih untuk menikah – punya anak – mati, sebagian lagi memutuskan untuk sendiri – adopsi – mati atau yang tidak beruntung malah menjadi gadun tukang gangguin brondong.

Stay low” adalah kuncinya.. Seperti di liriknya mbah Tedjo, nggak usah deh repot – repot menjadi antagonis di lingkungan masyarakat, cukup ikuti suara umum, jangan terlalu provokatif menunjukkan who I am, golong jiwo nyawiji.. In the end, masyarakat juga nggak peduli dengan internal kita kok, selama kita baik ke mereka semua obrolan itu cuma jadi gosip samar di lingkungan arisan ibu – ibu :)

Bertahan dengan jati diri itu tidak berarti melawan semua yang berbeda. Itu artinya kita jujur terhadap diri sendiri dengan tetap rasional dalam menghadapi masyarakat banyak..