Love, Life and Remedies

Sometimes, the most desirable relationship is the one you can't have...

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
December 11, 2008

Cape no. 7

Posted by BoewatChat

“May the rainbow above, bridge the two seas that set us apart…”
Baca koran lokal (South China Morning Post) and stucked in one of its movie review Cape no. 7. The mainland’s film censor body banned the release of this film in China, “We’re afraid the movie will hurt many of our people’s feeling due to sensitivity of the issues”.

Faktanya sih film ini adalah film dengan pendapatan gross terbesar dalam sejarah perfilman Taiwan. Artinya, orang Taiwan sendiri malah merasa nggak apa – apa dengan cerita film tersebut. Ataukah sejarah Japanese occupation to Taiwan really give the mainland-ers a big trauma? Or is it because the thing’s hurt was “pride”? A humiliation?

Untungnya waktu pulang ke Indon (hmm… ikut-ikutan ala tetangga sebelah), di pesawat ada pilihan Cape no. 7, “Hurrayyy, kesampaian!!” So, sengaja tidur dulu sampai waktunya makan malem. Dan ketika saatnya tiba, “It’s show time!!”

Well, quality-wise, ternyata filmnya biasa – biasa aja tuh. Logika ceritanya agak – agak kabur gimanaa gitu… Kisah Aga (the failed rock star, Taiwanese) yang akhirnya jatuh cinta ke Tomoko (Japanese, fashion model yang di “buang” ke pedalaman Taiwan), nggak jelas juntrungnya. Kenapa mereka tiba – tiba jatuh cinta berat? Bukannya mereka musuhan, trus karena sama – sama mabuk, ehh nggak sengaja akhirnya having sex…

Kisah mereka dibungkus dengan surat cinta (atau surat pengakuan dosa dan minta maaf) dari seorang Jepang ke pacarnya yang orang Taiwan, yang baru dikirimkan 60 tahun setelah perpisahan mereka. Pun dikirimkan oleh daughter-nya si Jepang, setelah oto-san meninggal dunia, “Accidentally I found these letters on his drawers”…

Akting pemainnya juga biasa aja. Datar, nggak ada yang istimewa, sumpah :)

Tapi… Film ini menghibur banget sodara – sodara! Ketawa ngakak, ketika polantas Taiwan dengan seenaknya nilang Aga, tapi membiarkan pelanggaran lainnya yang didepan mata. Menghibur, dengan lagu – lagunya yang enak banget (dengerin Heidenroslein versi Taiwan and Jepun dehh). Romantis, dengan puisi – puisi indah yang ditulis si Jepang dengan narrator yang suaranya bikin klepek – klepek, dengan rainbow-nya. Mengharu biru, ketika di ujung film kita baru tahu jawaban, “Kenapa sihh sampai harus minta maaf segala?“

Kesimpulannya? Tetep wajib nonton dunk ;). Terutama buat movie goers atau sinetron addict yang suka cerita yang mellow, melodius – romantis, yang bisa dibuat ngakak bareng sohib or pacar, yang ujung ceritanya bisa ditebak: happy ending to tears.

Buat cong centil semuanya, jangan dilewatkan pula deretan cong ganteng di film ini... Ahh, kalau saja Kousuke Atari mau jadi pacarku :p

And the boy picked the wild rose on the heather; she fought back and pricked him; but in the end she had to let it happened…

2 comments:

Dr Pr said...

bagus ya??
pernah denger sih..pengen nonton..
lagi nyari donlotannya nih..

BoewatChat said...

donlot film-nya? Wahh, pembajakan dok :)

btw. ini link untuk heidenroslein:
http://rapidshare.com/files/173192013/13._Heidenroslein.mp3

Post a Comment